PKN-PGI Gelar Workshop Pemuda Penggerak Perdamaian dan Moderasi Umat Beragama

Workshop Pemuda Penggerak Perdamaian dan Moderasi Jelang Pemilu 2024

MALANG,PGI.OR.ID-Radikalisme dan fundamentalisme selalu hadir dan mencari celah di tengah komunitas bangsa Indonesia. Radikalisme dan fundamentalisme dapat semakin kuat dan bertumbuh pesat di kalangan pemuda dan kehidupan politik jelang pemilu 2024. Sebab itu, ditengah situasi seperti ini, komunitas agama termasuk pemuda, dipanggil untuk menghadirkan perdamaian di tengah kehidupan masyarakat Indonesia.

Sesi di hari pertama, Politik dan Agama

Hal tersebut menjadi latarbelakang dari kegiatan Workshop Pemuda Penggerak Perdamaian dan Moderasi Umat Beragama, yang dilaksanakan oleh Kemitraan Emansipatoris PKN-PGI, di Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan Jl. Shodanco Supriadi 18, Malang, Jawa Timur

Kegiatan yang berlangsung secara hybrid selama tiga hari (23-25/8/2022) ini, diikuti kaum muda lintas iman, termasuk perwakilan dari 13 sinode Gereja (GKI, GKPB, GKJ, GBKP, GMIT, GKS, GKJTU, GKST, GMIH, GPID, dan GKJW, serta perwakilan 3 lembaga (PGI, PGIW & SAG).

Di hari pertama, peserta mendapat pembekalan terkait Politik dan Agama yang disampaikan oleh Pdt. Retno Ratih S Handayani dari GKJ, dan mantan aktivis Gusdurian Mohammad Mahpur. “Gereja-gereja di Indonesia dipanggil menjadi berkat bagi bangsa Indonesia dan turut memikul tanggung jawab dengan berpartisipasi secara positif, kritis, kreatif, dan realistis, dengan tetap berpengharapan demi transformasi menuju masyarakat berkeadaban,” jelas Pdt. Retno Ratih.

Sebagian peserta workshop

Sementara di hari kedua, secara khusus menyoroti Politisasi Identitas dan Peta Politik Elektoral 2024 dengan narasumber Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, dan Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi Indonesia) Jeirry Sumampow.

Menurut Bawono Kumoro, perkembangan politisasi identitas dalam kontestasi politik elektoral di Indonesia patut dicermati. Politisasi identitas berpotensi mengarah pada hal-hal kontraproduktif dengan tujuan demokrasi itu sendiri. Pertentangan politik berdasarkan identitas dapat merusak modal sosial sehingga menurunkan kapasitas bangsa Indonesia dalam menghasilkan pencapaian-pencapaian terbaik.

Sedangkan Jeirry Sumampow melihat, politik identitas digunakan karena melihat Pemilu sebagai arena kompetisi, orang makin merasa aman dan berlindung dalam “kelompok sendiri”, sempit dan dangkalnya paham keagamaan, sebagai alat untuk mempengaruhi opini pemilih demi kemenangan, regulasi tak cukup “efektif” menjerat politik SARA, dan tak adanya gagasan baru.

Sesi di hari kedua, Politisasi Identitas dan Peta Politik Elektoral 2024

Selain diskusi, dan sharing, lokakarya juga diisi dengan exposure ke Candi Patirtan Sumberawan, Jawa Timur. Usai kunjungan, mereka diminta untuk menuliskan pengalamannya.  

Workshop yang mengusung tema Pemuda Penggerak Perdamaian dan Moderasi Jelang Pemilu 2024 ini, bertujuan agar termotivasi untuk gaya hidup damai dan moderasi di kalangan pemuda lintas iman, paham dan mensyukuri realitas kemajemukan dan tantangan radikalisme yang masih dan makin marak saat ini.

Selain itu, pemuda memiliki pengetahuan dan ketrampilan menjadi agen perdamaian dan moderasi di tengah masyarakat yang hadir jelang Pemilu 2024.

 

Pewarta: Markus Saragih

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses