JAKARTA-Dalam ketidakberdayaan dan solidaritas Allah yang hadir bagi yang kecil, tersingkir, dan marjinal, baik manusia maupun ciptaan lainnya, Natal mengajak kita untuk pergi ke Betlehem. Ini adalah ziarah iman untuk menyambut kasih Allah yang menyelamatkan.
Demikian pesan reflektif yang disampaikan Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Jacklevyn F. Manuputty, saat menjadi pembicara dalam Seminar Natal Nasional 2024 bertema Gereja Berjalan Bersama Negara: Semakin Beriman Humanis, dan Ekologis, di Auditorium HM Rasyid, Kementerian Agama, Kamis (19/12/2024).
Dalam penyampaiannya, Pdt. Jacky menyoroti makna ziarah iman yang terkandung dalam tema Natal 2024, Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem (Lukas 2:15). Dia mengajak umat Kristiani untuk merefleksikan panggilan kasih Allah yang hadir dalam solidaritas-Nya kepada manusia dan ciptaan yang terpinggirkan.
“Ajakan ini adalah panggilan untuk menyambut kasih Allah yang besar. Hanya mereka yang merasa dicintai mampu membagikan cinta itu kepada sesama. Peristiwa Natal ini meneguhkan kita untuk menjadi pembawa harapan di tengah dunia yang penuh tantangan, seperti konflik, ketidakadilan sosial, kerusakan lingkungan, dan ancaman terhadap kelompok-kelompok marginal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pdt. Jacky mengingatkan gereja untuk menjadi komunitas yang memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan pemulihan lingkungan. Ditekankan pula pentingnya solidaritas lintas agama, seperti yang tertuang dalam Deklarasi Istiqlal yang baru-baru ini ditandatangani para tokoh lintas agama, saat kunjungan Paus Fransiskus di Masjid Istiqal pada September 2024 yang lalu.
“Kita diajak untuk menghidupi panggilan kebangsaan secara konsisten, memperkuat toleransi, dan menjadi mitra kritis pemerintah dalam menanggulangi krisis kemanusiaan dan lingkungan. Gereja-gereja harus meneguhkan peran ini sebagai wujud nyata iman dan solidaritas kita,” tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Agama Nasarudin Umar dalam pidato pembukaan, mengingatkan bahwa toleransi jangan sekadar kiasan bibir semata, namun harus dilakukan dengan ikhlas dan dari hati terdalam. “Jadi Bapak/Ibu sekalian, toleransi jangan hanya jadi kiasan bibir, toleransi yang sejati adalah kesediaan kita menerima orang yang berbeda dengan kita dengan tulus,” ujar Nasaruddin.
“Tapi kalau masih ada sedikit kegundahan, itu bukan toleransi ya, toleransi yang sejati adalah kesediaan kita memberikan tempat dalam hati kita yang sangat dalam orang-orang yang berbeda dengan kita karena apa yang kita lakukan selama ini, ini pemandangan yang sangat indah,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Umum Panitia Natal Nasional 2024, Thomas Djiwandono, menyampaikan bahwa gereja dan negara harus saling melengkapi. “Gereja tidak dapat berperan sendiri, negara adalah satu institusi besar yang di banyak hal memiliki otoritas terbesar. Negara juga ditopang oleh sumber daya yang kuat. Gereja memerlukan negara untuk memberi wujud nyata pada segala ajaran dan seruannya,” ucap Wakil Menteri Keuangan RI ini.
“Di sisi lain, negara perlu mendengar suara gereja. Gereja seperti halnya institusi keagamaan lainnya, mewarisi kekayaan ajaran moral yang dapat memberi negara arah untuk dituju dan batasan agar tidak tergelincir ke jurang kesewenang-wenangan,” imbuhnya.
Seminar ini berlangsung daring dan luring. Hadir dalam seminar tersebut diantaranya Menteri HAM Natalius Pigai, Tokoh Agama seperti Romo Mudji Sutrisno, Pdt Henriette Hutabarat Lebang, Romo Magnis Suseno, perwakilan dari Lembaga Agama seperti Majelis Ulama Indonesia, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, Konferensi Waligereja Indonesia, Perwakilan Umat Budha Indonesia, Parisada Hindu Dharma Indonesia Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonrsia dan tamu undangan lainnnya. (Nugroho Agung/PGI.OR.ID)
No Responses