420 Tahun GPI, Ketum PGI Meminta Gereja Jangan Rayakan Keesaan Hanya Dalam Kata-kata, Tetapi Mengkhianatinya Dalam Tindakan

JAKARTA,PGI.OR.ID-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) kini beranggotakan 105 sindoe gereja, dari berbagai latar belakang denomonasi. Kenyataan ini menambah semarak gerakan oikoumenis di Indonesia. Sekalipun demikian, dalam kesemarakan gerakan oikoumenis ini, gereja-gereja harus sungguh-sungguh mengimplementasikan komitmen keesaan untuk menjadi terang yang membawa kebaikan, kebenaran, dan keadilan.

Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty dalam khotbahnya di Ibadah Syukur HUT ke 420 Gereja Protestan Indonesia (GPI) bertema Gereja Diutus ke Dunia untuk Menghadirkan Keadilan, Kebenaran dan Perdamaian, di GPIB Jemaat Effatha, Jakarta, pada Kamis (27/2/2025).

“Gereja-gereja tidak boleh terjebak untuk memuja-muja gagasan keesaan hanya dalam kata-kata, tetapi mengkhianatinya dalam tindakan,” tandasnya.

Keesaan, lanjut Pdt. Jacky, tak dapat direduksi pada sebuah dimensi yang tak kasat mata, sehingga menghasilkan semata-mata perasaan saling berhubungan. Keesaan menempatkan kita pada level terdalam, dimana baik tubuh maupun roh kita senantiasa berada dalam perjuangan untuk menentang penindasan politik ataupun agama, gender, ras, sosial, dan ekonomi. Tak ada seorangpun yang boleh menderita di dalam keterisolasiannya. Kita semua menderita bersama. Kepercayaan terhadap ide keesaan berimplikasi pada panggilan dan keharusan untuk menyatakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan dengan sesama dan alam.

“Dengan kata lain, keesaan dan sikap bela rasa/solidaritas tak bisa dilepas-pisahkan. Keduanya merupakan ekspresi yang sama dari Terang Kristus yang menubuh di dalam diri kita dan mengkonstruksikan otentisitas identitas kita. Terang yang secara spiritualitas menerangi gereja untuk dengan berani membela mereka yang tak dapat bersuara, wanita ataupun pria yang tertindas, termasuk membela anak-anak yang menderita, serta lingkungan dan hewan yang terancam,” katanya.

Sebab itu, Ketum PGI menegaskan bahwa tugas profetis kita sebagai gereja adalah selalu mengingatkan masyarakat kita bahwa Terang menuntut keadilan, dan bahwa Terang Kristus tidak pernah akan padam sampai kebaikan/kebajikan, keadilan, dan kebenaran ditegakan sebagai penuntun etis di dalam dunia.

Sekilas GPI
Dikutip dari laman sinodeamgpi.id, cikal bakal GPI diawali pada Selasa, 27 Februari 1605 di Benteng Victoria Ambon dilaksanakan ibadah pertama de Protestantche Kerk in Nederlandsch-Indie yang kemudian dipandang sebagai awal dari adanya gerakan Protestan di Indonesia bahkan di Asia, mendahului gerakan Protestan di Amerika Utara (1607).

Momentum historis inilah yang dijadikan hari berdirinya de Protestantche Kerk in Nederlandsch-Indie (Indische Kerk), yang kemudian di Indonesiakan menjadi Gereja Protestan di Indonesia (GPI).

Seiring dengan berpindahnya kedudukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke Batavia di tahun 1619, maka Indische Kerk juga beralih kantor pusatnya ke Batavia (sekarang Jakarta). Disebabkan adanya pergumulan dan tantangan pelayanan karena luasnya geografis, dan spesifiknya persoalan yang dihadapi, maka di 1927, muncul ide untuk memilah wilayah pelayanan dari Indische Kerk agar wilayah-wilayah dapat dijangkau dan pelayanan lebih efektif.

Indische Kerk menghadapi tantangan dengan melemahnya kepercayaan jemaat terhadap pemerintah. Di Minahasa, beberapa kelompok warga jemaat mendesak untuk pendirian gereja mandiri tanpa intervensi pemerintah kolonial. Sehingga pada 29 Oktober 1933, mereka mendirikan Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) yang kemudian dianggap tidak taat pada gereja dan pemerintah.

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan para pendeta tahun 1927 dan pendirian KGPM yang tidak disetujui, maka diadakan Rapat Besar pada tahun 1933 di mana jemaat-jemaat di Minahasa, Maluku dan Timor diberi kebebasan untuk menjadi Gereja Bagian Mandiri (GBM) dalam persekutuan penuh dengan Indische Kerk.

Adapun GMB dalam Persekutuan penuh dengan GPI yaitu Gereja Masehi Injili di Minahasa, Gereja Protestan Maluku, Gereja Masehi Injili di Timor, Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat, Gereja Protestan Indonesia Donggala, Gereja Protestan Indonesia di Buol Tolitoli, Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo, Gereja Kristen di Luwuk Banggai, Gereja Protestan Indonesia di Papua, Gereja Protestan Indonesia di Banggai Kepulauan, Indonesian Evangelical Christian Church, dan Gereja Masehi Injili Talaud. (Markus Saragih/pgi)

 

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses